Thursday, December 04, 2008

SAATNYA UNTUK PEDULI (Kunjungan ke Kebun Karinda )

Amat memprihatinkan, lingkungan tempat tinggal kita saat ini menghadapi masalah sampah yang tak kunjung selesai. Tumpukan sampah yang tidak sedap dipandang mata ditambah aroma yang tidak sedap, merusak kesehatan dan merusak kelestarian lingkungan. Ironisnya berton-ton sampah yang diangkut ke TPA setiap harinya, lebih dari 50% adalah sampah rumah tangga.

Kita semua adalah produsen sampah, oleh karena itu sudah saatnya kita peduli dan aktif. Peran serta kita tidak hanya membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tetapi membantu kita untuk hidup lebih sehat serta memberikan hasil berupa kompos yang dapat digunakan untuk menghijaukan lingkungan atau dapat dijual hingga menghasilkan uang.

Proses pengomposan yang baik dan benar adalah melalui proses fermentasi, bukan pembusukan. Sehingga tidak akan tercium bau busuk dan tidak diganggu oleh lalat.
Didasari juga oleh keprihatinan terhadap TPS diperumahan kami yang menimbulkan bau tidak sedap karena tidak di kelola dengan baik serta setiap hari, timbunan sampah di TPS tersebut dibakar sehingga menimbulkan asap yang juga mengganggu kesehatan. Padahal tepat disebelah TPS tersebut tersedia lapangan bulu tangkis, posyandu serta tempat bermain anak-anak.

Atas keprihatinan tersebut, Kami mencoba mencari tahu bagaimana cara mengelola sampah dengan baik dan benar dan kami tertarik oleh pelatihan yang ditawarkan oleh kebun Karinda dengan bapak Djamludin Suryohadikusumo sebagai pendirinya.
Kebun Karinda sebagai sarana penyuluhan dan pelatihan pengomposan tidak henti-hentinya melakukan kampanye, memotivasi orang untuk mengubah pola pikir selama ini tentang sampah. Sampah organik yang merupakan hasil kegiatan setiap orang dalam memenuhi kebutuhan pangan, yang dianggap sementara orang benda yang sudah tidak berguna, bisa dan wajib didaur ulang, diproses menjadi kompos.

Kami mengikuti sesi pelatihan pembuatan kompos yang diadakan oleh Kebun Karinda pada tanggal 31 Mei 2008 yang dimulai pada pukul 8 pagi
Saat memasuki pintu gerbang perumahan Karinda, kesan pertama kami adalah perumahan yang amat asri dan indah. Dikanan kiri jalan tumbuh beranekea ragam tanaman dan bunga berwarna-warni.

Kebun Karinda sendiri menempati lahan kurang lebih 300m2, bunga beraneka ragam, petak-petak sayuran, berbagai tanaman obat serta tanaman hias mengisi kebun karinda. Indah dan menyejukan mata bagi yang melihatnya. Untuk tempat penyuluhan disediakan saung terbuka dengan bangku-bangku panjang yang bisa memuat 40 orang.

Penyuluhan dibuka dengan teori pengomposan yang dibawakan oleh Bapak dan Ibu Djamaluddin. Setelah itu diputar VCD tentang cara pengolahan sampah organik di kebun Karinda yang diperankan oleh Bapak dan Ibu Djamaluddin serta Rano Karno. Selain mengolah sampah pekarangan menjadi kompos, dikenalkan juga keranjang takakura untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos.
Dilanjutkan acara diskusi yang menjawab seluruh pertanyaan dan pemasalahan mengenai pengkomposan.

Saat pelatihan peserta diberi kesempatan praktek memasukkan sampah rumah tangga ke komposter. Komposter untuk sampah rumah tangga selain menggunakan keranjang takakura juga dapat menggunakan gentong dan drum plastik bekas cat.

Untuk pengkomposan hasil pekarangan tersedia beberapa model bak pengomposan : terbuat dari tumpukan batu bata dengan dan tanpa semen, kayu atau bambu.
Setiap wadah atau kotak pengkomposan terdapat label berisi catatan tanggal dibuat dan tanggal dibalik. Perubahan warna daun yang semula hijau menjadi coklat kehitaman, perubahan bentuk dari daun yang lebar menjadi kecil dan terakhir menjadi butiran seperti tanah. Perubahan suhu pada minggu pertama, kedua, ketiga sampai menjadi kompos yang siap panen, bisa diamati dengan termometer. Saat mengaduk-aduk adonan kompos, akan terasa suhu adonan hangat atau panas, tidak tercium adanya bau busuk. Adonan terasa lembab, tidak terlalu kering maupun basah. Jika adonan yang masih panas diaduk-aduk, akan keluar uap air mengepul. Tidak ada bau menyengat dari senyawa amoniak, H2S (telur busuk) atau gas metan yang beracun. Bau yang tercium adalah bau humus.

Teknik pengomposan tidaklah rumit hanya memerlukan usaha dan waktu, selebihnya bahan organik secara alami akan mengalami peruraian oleh ratusan mikroorganisme menjadi kompos.
Pelatihan ini menggugah kami dan merupakan PR tersendiri bagi kami untuk ikut melestarikan lingkungan, peran serta harus dimulai dari diri sendiri, sebelum kami mampu menggugah dan memberdayakan masyarakat.

Untuk informasi mengenai pelatihan cara pengolahan sampah organik dapat menghubungi :
Bapak dan Ibu Djamaludin, Mantan Mentri Kehutanan
Kebun Karinda, Bumi Karang Indah Blok C2 No. 28, Lebak Bulus, Jakarta
Pelatihan daur ulang 2 x seminggu
Selasa pk. 9.00-11.00 dan Sabtu pk. 08.100.
Kelas terbuka, muat untuk 40 orang. Peserta harus daftar dulu, perorangan atau kelompok.
Melalui telp. 021-75909167.
Dapat diperoleh Keranjang Takakura dan VCD Cara Pengolahan Sampah Organik.